Tuberkulosis bisa mengenai setiap organ pada tubuh manusia, walaupun sebagian besar tuberkulosis mengenai paru, tapi kejadian ekstra paru atau penyakit TB di luar paru dilaporkan mencapai 5 hingga 30 persen.
Penampakan TB ekstra paru ini biasanya tidak khas, muncul perlahan dan diagnosis terkadang tidak terpikirkan dan cenderung terlambat.
Ini suatu fenomena yang penting, karena akibat lambatnya diagnosis akan berakibat lambatnya pengobatan sehingga terjadi cacat atau keadaan mengancam nyawa. Dikira kista di rahim tak tahunya malah TB di rahim. Dikira rematik tak tahunya TBC tulang.
Salah satu mekanisme timbulnya TB ekstra paru ini adalah reaktifasi fokus TB lama. Reaktifasi ini meningkat sejalan peningkatan kasus, seperti manula (usia lanjut), pemakaian obat imunosupresif atau steroid, malnutrisi, plavelensi AIDS dan adanya penyakit penyerta seperti liver dan ginjal.
"Diagnosis TB ekstra paru ini tergantung pada kemampuan dokter," kata Dr. dr. Zulkifli Amin, Sp.PD, (KP) FCCP, di sela-sela acara seminar medis Penatalaksanaan TB Paru dan Ektsra Paru Secara Holistik Berdasarkan ISTC Versi 2, di FKUI, Jakarta, Rabu (24/3/2010).
Ilmu, pengalaman, pengetahuan yang diperoleh dari sering membaca dan mendengar, serta pola pikir seorang dokter terhadap adanya kemungkinan TB dalam kasus-kasus panyakit lain yang sulit, merupakan kunci terdeteksinya TB ekstra paru ini.
"Gejala TB ekstra paru bermacam-macam, tergantung letak bakteri tuberkulosis menyerang," kata dokter dari divisi paru (pulmonologi), Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM ini.
Ada pasien yang mengeluhkan nyeri perut yang berulang, setelah diperiksa ternyata menderita TB usus. Adapula sakit pinggang berulang karena TB tulang belakang, reumatik sendi tahunan karena TB sendi, lemah jantung karena TB dinding jantung, sakit mata karena TB jaringan mata, bahkan kasus infertilisasi yang merupakan gejala TB yang menyerang saluran indung telur.
Organ yang biasa terkena TB ekstra paru secara sistematis adalah:
- Tuberkulosis Meningitis
- Tuberkulosis Mata : Uveitis, Choroiditis, Ciliar, Retinitis, Panophthalmitis, Orbita
- Tuberkulosis Mulut
- Tuberkulosis Saluran Nafas Atas, Nasal, Epiglotis, Laring, Faring
- Tuberkulosis Kelenjar Limfe, Mediastinum, Axilla, Inguinal dan para Aorta
- Tuberkulosis Kardio vascular
- Tuberkulosis Pleural
- Tuberkulosis Miliar
- Tuberkulosis Ginjal dan Saluran Kencing
- Tuberkulosis Tulang Sendi dan otot, arthritis
- Tuberkulosis Genitalia wanita
- Tuberkulosis Genital pro
- Tuberkulosis Gastrointestinal
- Tuberkulosis Adrenal
- Tuberkulosis Abses Kulit
Lokasi lesi TB paru dan ekstra paru pada saat infeksi primer dipengaruhi oleh derasnya aliran darah dan tingginya tekanan oksigen seperti di apeks paru, korteks ginjal dan daerah pertumbuhan pada tulang panjang.
TB ekstra paru dapat menular, tapi penularannya tidak seperti TB paru yang melalui kontak langsung lewat udara yang tercemar bakteri tuberkulosis. TB ekstra paru menular melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi bakteri tuberkulosis. Biasanya penularan terjadi melalui transfusi darah.
Menurut dr Zulkifli, penggunaan obat anti tuberkulosis pada penderita TB ekstra paru sama persis dengan TB paru. Namun pada beberapa keadaan perlu modifikasi, yaitu apabila TB menginfeksi organ vital seperti pada efusi pleura, perkardial, TB spinal, TB genito urinaria, dan Meningitis tuberkulosis.
Pengobatan pada TB ekstra paru biasanya lebih lama dibandingkan dengan TB pada paru biasa. Sebagian besar sekitar 9 hingga 12 bulan.
Sumber : detikHealth
No comments:
Post a Comment